Tugas:
makalah
BAHASA INDONESIA
(PENGARUH BAHASA GAUL terhadap PERKEMBANGAN PENDIDIKAN BAHASA
INDONESIA PADA ANAK USIA DINI)
Disususun Oleh :
Siti Nurhadija
NIM : 12010103022
JURUSAN
TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SULTAN
QAIMUDDIN (STAIN)
KENDARI
2012
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
Allah SWT atas limpahan nikmatnya, baik itu berupa kesehatan maupun kesempatan,
sehingga sampai saat ini kita masih di berikan peluang untuk menuntut ilmu guna
mempertinggi derajat keimanaan kita, atas izin dan ridhonya jualah pemakalah
dapat menyelesaikan makalahnya yang berjudul PENGARUH BAHASA GAUL TERHADAP PERKEMBANGAN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
PADA ANAK USIA DINI. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada
junjungan kita, nabi Muhammad SAW yang telah di utus sebagai penerang jaan umat
manusia.
Disadari bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan sehingga kami meminta kritik dan saran yang bersifat
membangun,s emoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
kita semua, Amin Ya Robbal Alamin.
Kendari ,16
November 2012
Penulis
i
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR.................................................................................i
DAFTAR
ISI...............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar
Belakang.............................................................................................1
Rumusan
Masalah........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Munculnya Pendidikan Bahasa Indonesia
MenjadikanSebagai BahasaResmi...................................................3 2.3
pengaruh bahasa gaul terhadap pendidikan bahasa Indonesia..........................................................................................4
2.4
Pandangan Masyarakat Terhadap Pendidikan Bahasa Indonesia..........................................................................................5
2.5 Revitalisasi.......................................................................................7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................11
3.2 Saran..........................................................................................11
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Bahasa dianggap unsur penting untuk berbicara dan berkomunikasi, rasa memiliki dan menggunakan bahasa adalah kebanggaan, bahkan bisa jadi identitas diri. sebagai warga negara RI yang memiliki bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia diatas beragam bahasa daerah. Tentunya tidak mudah sama diatas perbedaan, namun dapat teratasi karena adanya banyak hal yang mengatur keberadaan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional,
Bahasa dianggap unsur penting untuk berbicara dan berkomunikasi, rasa memiliki dan menggunakan bahasa adalah kebanggaan, bahkan bisa jadi identitas diri. sebagai warga negara RI yang memiliki bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia diatas beragam bahasa daerah. Tentunya tidak mudah sama diatas perbedaan, namun dapat teratasi karena adanya banyak hal yang mengatur keberadaan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional,
Bila memang bahasa dinilai sebagai salah satu
cara sukses memperlancar komunikasi, namun bagaimana jika bahasa yang kita
kuasai dinilai tidak sesuai dengan kaidah dan aturan yang ada. Semua itu
terjadi karena kemunculan bahasa gaul. Bahasa gaul adalah bahasa prokem alias
hanya digunakan untuk komunitas tertentu saja yaitu kaum Gay atau kalangan waria
yang kemudian dijadikan bahasa sehari-hari dikota metropolitan terutama para
remajanya atau ABG (Anak Baru Gede), namun banyak juga anak-anak usia dini
menggunakannya dalam berkomunikasi sehari-hari,
Sebagai
masyarakat tentunya merasa bahwa bahasa indonesia tidak bisa digantikan dengan
bahasa yang tidak sesuai dengan kaidah yang ada,. Dengan adanya kepedulian
masyarakat terhadap bahasa indonesia maka penggunaan bahasa Indonesia yang
tidak sesuai karena cenderung menggunakan bahasa gaul ini akan mudah untuk
dicegah terutama pada anak usia dini tentunya dengan berbagai cara yang
efektif.
1.2 Rumusan Masalah
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka rumusan masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimana bila bahasa gaul mempunyai pengaruh besar dalam pendidikan
1. Bagaimana bila bahasa gaul mempunyai pengaruh besar dalam pendidikan
1
pengajaran bahasa Indonesia terutama pada anak usia dini (0-8 tahun)
2. Bagaimana peranan penting lingkungan (orang tua, masyarakat) dalam
2. Bagaimana peranan penting lingkungan (orang tua, masyarakat) dalam
memberikan pendidikan kepada anak usia dini
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Munculnya Pendidikan Bahasa Indonesia Menjadikan Sebagai Bahasa
Resmi
Bahasa Indonesia dengan
perlahan-lahan, tetapi pasti, berkembang dan tumbuh terus. Bahasa Indonesia
telah menjalma menjadi bahasa modern, yangkaya akan kosakata dan mantap dalam
struktur.
Sebagai bahasa resmi (negara),
usia bahasa Indonesia sudah mencapai ke-62 tahun. Bahkan, dalam kedudukannya
sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia sudah berusia 79 tahun. Jika
dianalogikan dengan kehidupan manusia, dalam rentang usia tersebut idealnya
sudah mampu mencapai tingkat “kematangan” dan “kesempurnaan” hidup, sebab sudah
banyak merasakan liku-liku dan pahit-getirnya perjalanan sejarah. Untuk
menggetarkan gaung penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar pun
pemerintah telah menempuh “politik kebahasaan” dengan menetapkan bulan Oktober
sebagai bulan bahasa.
Namun, seiring dengan
bertambahnya usia, bahasa Indonesia justru dihadang banyak masalah. Pertanyaan
bernada pesimis pun bermunculan. Mampukah bahasa Indonesia menjadi bahasa
budaya dan bahasa Iptek yang berwibawa dan punya prestise tersendiri di
tengah-tengah dahsyatnya arus globalisasi? Mampukah bahasa Indonesia bersikap
luwes dan terbuka dalam mengikuti derap peradaban yang terus gencar menawarkan perubahan
dan dinamika? Masih setia dan banggakah para penuturnya dalam menggunakan
bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi yang efektif di tengah-tengah
perubahan dan dinamika itu? Sementara itu, jika kita melihat kenyataan di lapangan,
secara jujur harus diakui, bahasa Indonesia belum difungsikan secara baik dan
benar. Para penuturnya 3
masih dihinggapi sikap inferior (rendah
diri) sehingga merasa lebih modern, terhormat, dan terpelajar jika dalam
peristiwa tutur sehari-hari, baik dalam ragam lisan maupun tulis, menyelipkan
setumpuk istilah asing –padahal sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia.
Agaknya pemahaman, penghayatan,
dan penghargaan terhadap bahasa nasional dan negara sendiri belum tumbuh secara
maksimal dan proporsional. Padahal, tak henti-hentinya pemerintah menganjurkan
untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Bahkan, juga telah
menunjukkan perhatian yang cukup besar dan serius dalam upaya
menumbuhkembangkan bahasa Indonesia. Melalui “tangan panjang”-nya, Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (P3B), pemerintah telah meluncurkan beberapa
kaidah kebahasaan baku agar dapat dijadikan sebagai acuan segenap lapisan
masyarakat dalam berbahasa Indonesia, seperti Pedoman Umum Ejaan yang
Disempurnakan (EYD), Pedoman Umum pembentukan Istilah (PUPI), Tata
Bahasa Indonesia Baku (TBIB), maupun Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI). Akan tetapi, beberapa kaidah yang
telah dikodifikasi dengan susah-payah itu tampaknya belum banyak mendapatkan
perhatian masyarakat luas. Akibatnya bisa ditebak. Pemakaian bahasa Indonesia
bermutu rendah: kalimatnya rancu dan kacau, kosakatanya payah, dan secara
semantik sulit dipahami maknanya. Anjuran untuk menggunakan bahasa Indonesia
dengan baik dan benar seolah-olah hanya bersifat sloganistis, tanpa tindakan
nyata dari penuturnya, bahkan bahasa Indonesia yang seharusnya dalam bentuk
baku namun kenyataan di lapangan dalam kehidupan sehari-hari banyak yang
menggunakan bahasa gaul yang tidak baku sehingga sulitnya pemahaman bahasa
Indonesia bagi anak usia dini.
2.2 pengaruh bahasa gaul terhadap pendidikan
bahasa Indonesia
4
Di
Indonesia bahasa gaul telah menjadi bahasa sehari-hari baik itu di Jakarta
bahkan hampir seluruh ibikota, Pertama kali di perkenalkan pada tahun 1980an
walaupun hanya beberapa kata saja sampai pada Sahertian (Selebriti) membuat
kamus bahasa gaul. Bahasa ABG ini sungguh berbeda dengan bahasa Indonesia yang
baik dan benar. Salah satu syarat bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah
pemakaian bahasa yang mengukuti kaidah yang dibakukan atau dianggap baku atau
pemanfaatan ragam yang tepat serta serasi.
Bahasa
ragam ini cenderung bersifat santai, singkat, lincah serta kreatif sehingga
dinilai tidak terlalu kaku kata-kata yang digunakan cenderung pendek mungkin
inilah alasan yang membuat para remaja menggunakannya. Bahasa yang dinilai
sangat kosmopolitan ini menyebutkan bahwa semua ini merupakan ragam dielek
orang-orang Jakarta. Itu semua terjadi karena gencarnya siaran televisi yang
sebagian besar tema dan latarnya adalah Jakarta.
2.3. Pandangan Masyarakat Terhadap Pendidikan Bahasa
Indonesia
Pemberian
mata pelajaran bahasa Indonesia telah diberikan mulai usia dini sampai sekolah
menengah umum, sehingga mudah bagi anak-anak mempelajarinya terlebih digunakan
dalam berberbicara sehari-hari. Fakta inipun dinilai pula oleh para pendidik
yaitu para guru kelas.
bukan hanya guru mata pelajaran bahasa Indonesia saja yang
berkewajiban memberikan pembelajaran bahasa Indonesia sesuai kaidah. Untuk itu guru, perlu menguasai bahasa ini agar bisa memilih seberapa banyak komponen yang perlu diperkenankan kepada siswa sehingga tidak bertentangan dengan tujuan belajar bahasa Indonesia menurut kurikulum. Jika pengajaran bahasa ini tidak mendapat restu dari kurikulum, guru perlu menemukan kiat tersendiri untuk memperkenalkan pada siswanya. 5 Para orang tua juga masyarakat tentunya berkewajiban memberikan dan membenarkan tatanan bahasa yang salah, bahasa gaul yang tidak biasa digunakan dalam suasana formal atau resmi. Lingkungan keluarga sangat memberikan arti yang sangat besar dalam pemerolehan bahasa yang sesuai kaidah. menurut angket yang telah penulis sebarkan kepada beberapa orang tua yang memiliki anak usia dini (0-8 tahun), sengaja sasaran merupakan anak usia dini pemerolehan bahasa yang kurang sesuai bisa dicegah melihat dari cara yang diberikan para orang tua dalam mengawasainya.
2.
Fungsi Pendidikan Bahasa Indonesia
·
Memberikan
pemahaman bahasa Indonesia sebagai lambang identitas nasional, sehingga
memotifasi untuk menjunjung tingggi disamping bendera dan lambing Negara RI
·
Sebagai
metode untuk berbahasa dan berkomunikasi yang baik
·
Terhindar dari penggunaan bahasa yang tidak
baku
3. Perkembangan Pengajaran Bahasa Indonesia Pada Anak Usia Dini
Seorang
anak cenderung memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan seorang anak seharusnya
diajarkan berpikir kritis terutama dalam berbahasa dan berkomunikasi. Sebagai
orang tua harus mampu mendorong dan menumbuhkannya misalanya saja seorang anak
harus mampu menganalisis dan memahami fenomena yang terjadi disekitarnya
begitupun dengan orang tua, sehingga si anak mampu menyaring informasi terutama
dalam hal menggunakan bahasa yang sesuai (bahasa yang baik dan benar) yang
dikumpulkan untuk mencari titik apa yang harus ia ucapkan.
Kemampuan berkomunikasi memang dinilai sangatlah penting, untuk itu ini bisa dijadikan alternative suatu pembelajaran bahasa Indonesia yang
baik dan benar, semua itu tentu harus dilatih sejak anak berusia dini. Tidak 6
Kemampuan berkomunikasi memang dinilai sangatlah penting, untuk itu ini bisa dijadikan alternative suatu pembelajaran bahasa Indonesia yang
baik dan benar, semua itu tentu harus dilatih sejak anak berusia dini. Tidak 6
terlepas dari itu orang tua harus memiliki kedisiplinan yang tinggi dalam berbahasa agar bisa menstimulus si anak mengikuti apa yang dilakukan orang tuanya, atau orang –orang terdekatnya.
Selain kondisi yang kurang
kondusif, bobot dan mutu pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah pun tak
henti-hentinya dipertanyakan. Hal ini memang beralasan, lantaran sekolah
diyakini sebagai institusi yang diharapkan mampu melahirkan generasi bangsa
yang memiliki kebanggaan terhadap bahasa nasional dan negaranya, berkedisiplinan
dan berkesadaran tinggi untuk berbahasa yang baik dan benar, serta punya
penghargaan yang memadai terhadap bahasa Indonesia.
Namun, yang terjadi hingga saat
ini, pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dinilai belum menunjukkan hasil
optimal seperti yang diharapkan. Proses pembelajarannya berlangsung timpang;
seadanya, tanpa bobot, dan monoton sehingga peserta didik terpasung dalam
suasana pembelajaran yang kaku dan membosankan. Singkatnya, pembelajaran bahasa
Indonesia masih memprihatinkan hasilnya. Keterampilan berbahasa siswa rendah
sehingga tidak mampu mengungkapkan gagasan dan pikirannya secara logis, runtut,
dan mudah dipahami.
Keadaan semacam itu jelas sangat
memprihatinkan kita semua, sebab –seperti dikemukakan J.S. Badudu (1994)– bahasa Indonesia merupakan mata
pelajaran yang sangat penting bukan saja karena bahasa Indonesia adalah alat
komunikasi yang terpenting dalam masyarakat, melainkan juga karena penguasaan
bahasa Indonesia yang baik akan sangat membantu siswa dalam memahami mata
pelajaran lain yang menggunakan bahasa Indonesia. Bagaimana mungkin seorang
siswa mampu belajar fisika, matematika, biologi, atau kimia, kalau penguasaan
bahasanya nol. 7
Kondisi pembelajaran bahasa
Indonesia yang demikian memprihatinkan, mau atau tidak, di haruskan untuk
melakukan langkah “revitalisasi”, yaitu dengan menghidupkan dan menggairahkan
kembali proses pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah didukung semangat guru
yang profesional dan gairah siswa yang terus meningkat intensitasnya dalam
belajar dan berlatih berbahasa.
-
Langkah “revitalisasi” yang mesti ditempuh, di antarany
v menciptakan
dan mengembangkan profesionalisme guru. Upaya menciptakan profesionalisme
hendaknya dimulai sejak calon guru menempuh pendidikan di LPTK (Lembaga
Pendidikan Tenaga Keguruan) agar kelak setelah benar-benar menjadi guru tidak
asing lagi dengan dunianya dan siap pakai. Jelas, tuntutan ideal semacam ini
bukan tugas yang ringan bagi LPTK, sebab selain harus mampu mencetak lulusan
yang punya kemampuan akademik tinggi, juga harus memiliki integritas
kepribadian yang kuat dan keterampilan mengajar yang andal.
v guru hendaknya tidak terlalu banyak
dibebani oleh tuntutan kurikulum yang dapat “memasung” kreativitasnya dalam
proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran bahasa bukanlah untuk menjadikan siswa
sebagai ahli bahasa, melainkan sebagai seorang yang dapat menggunakan bahasa
untuk keperluannya sendiri, dapat memanfaatkan sebanyak-banyaknya apa yang ada
di luar dirinya dari mendengar, membaca, dan mengalami, serta mampu
berkomunikasi dengan orang di sekitarnya tentang pengalaman dan pengetahuannya.
Ini artinya, guru harus diberikan keleluasaan untuk mengekspresikan kreativitas
mengajarnya di kelas sehingga mampu menciptakan atmosfer pembelajaran yang
aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Hal ini bisa terwujud jika
kurikulum tidak semata-mata dijadikan sebagai “kitab suci” yang secara
“zakelijk” harus diterapkan di 8
v kelas,
tetapi juga perlu dikembangkan dan dieksplorasi secara kreatif sehingga
pembelajaran benar-benar bermakna bagi siswa didik.
v buku paket yang “wajib” dipakai
hendaknya diupayakan untuk dicarikan buku ajar yang sesuai dengan tingkat
kematangan jiwa dan latar belakang sosial-budaya siswa. Hal ini perlu
dipikirkan, sebab bahan ajar yang ada dalam buku paket dinilai belum sepenuhnya
mampu menarik minat dan gairah siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran.
v guru bahasa bahasa hendaknya diberi kebebasan
untuk mengembangkan kreativitasnya di sekolah secara bebas dan leluasa, tanpa
harus diindoktrinasi dengan berbagai macam bentuk tekanan tertentu yang justru
akan menjadi kendala dalam mewujudkan situasi pembelajaran yang ideal.
“Revitalisasi” tersebut
hendaknya juga diimbangi pula dengan peran-serta masyarakat agar bisa
menciptakan sauasana kondusif yang mampu merangsang siswa untuk belajar dan
berlatih berbahasa Indonesia secara baik dan benar, dengan cara memberikan
teladan yang baik dalam peristiwa tutur sehari-hari. Demikian pula media massa
(cetak/elektronik) hendaknya juga menaruh kepedulian yang tinggi untuk menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan kaidah kebahasan yang
berlaku,dengan adanya tindakan yang demikian dapat berdampak positif bagi
pengguna bahasa Indonesia sehingga dapat terjaga bahasa RI, sebagai mana yang
telah di tetapkan dalam kaedah EYD Jika
langkah “revitalisasi” di atas dapat terwujud, tujuan pembelajaran bahasa
Indonesia di sekolah bukan mustahil diraih, anjuran pemerintah untuk
menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar kepada seluruh masyarakat
pun tidak akan bersifat sloganistis. Bahkan, mungkin pada gilirannya nanti
bahasa Indonesia benar-benar akan menjadi bahasa budaya dan bahasa Iptek yang
wibawa dan punya prestise tersendiri di era globalisasi, luwes dan terbuka, dan
para penuturnya akan tetap 9
bangga dan setia menggunakan bahasa
Indonesia sebagai bahasa komunikasi yang efektif di tengah derap peradaban
zaman. Sebab, jutaan generasi yang memiliki kebanggaan dan kecintaan terhadap
bahasa nasional dan negaranya akan lahir dari sekolah.
Dengan adanya pendidikan yang demikian
anak usia dini dapat terlindungi dari bahasa-bahasa yang tidak sesuai dengan
kaedah yang ada, (bahasa gaul).
10
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dari
pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa bahasa gaul sangatlah besar
pengaruhnya terhadap bahasa Indonesia, namun tetap saja kurang tepat diajarkan
secara cuma-cuma terutama pada anak-anak usia dini, karena mereka memiliki
pemikiran yang cenderung meniru besar, jika anak-anak usia dini menguasai
bahasa gaul lebih dari bahasa Indonesia yang sesuai kaidah akan berdampak besar
dalam menguasaan bahasanya saat dewasa nanti. maka bisa di berikan suatu cara
dan membenarkan anak-anak dari kesalahannya berbahasa Indonesia yang tidak
sesuai ketentuan, sehingga menguasaan bahasa gaul semata-mata hanya untuk
dijadikan bahan pembanding dan acuan dari bentuk dan kaidah bahasa Indonesia
yang dinilai kurang sesuai.
3.2 Saran
di sadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, disebabkan karena kekurangan referensi yang di baca,maka penulis sangat mengharapkan kritik dan saran baik dari rekan-rekan maupun mahasiswa maupun dosen yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.
3.2 Saran
di sadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, disebabkan karena kekurangan referensi yang di baca,maka penulis sangat mengharapkan kritik dan saran baik dari rekan-rekan maupun mahasiswa maupun dosen yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.
11
DAFTAR PUSTAKA
www.ialf.edu/bipa/marc 2002/bahasaabg.html.
Fananie Anwar,A. 2001, Pendidikan Pada Anak Usia Dini, SIC, Surabaya.
ليست هناك تعليقات:
إرسال تعليق